Kisah Abu Nawas hadir kembali dengan tema-tema yang tak pernah lekang oleh waktu. Abu Nawas tidak menyangka akan menerima tamparan di pipi oleh teman karibnya yang jauh di pinggir kerajaan.

Berkali-kali ditampar ketika akan menyeruput kopi panas di hadapannya mulai dari selepas shalat isyak sampai pertengahan malam. Kurang mengetahui juga apa maksud dari tamparan itu.


Namun, bukanlah Abu Nawas yang merupakan orang kepercayaan Raja Harun kalau dia tak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Otak pun digunakan dengan cerdas sehingga pada akhirnya terkuak juga kenapa dia ditampar berkali-kali tiap kali akan meminum seteguk kopi panas.

Bagaimana kisahnya?
Sumak yuk kisahnya yang lucu tapi sangat mendidik siapa saja sekalipun orang tua.

Kisahnya

Pada sore itu, Abu Nawas sedang berkunjung ke kawan karibnya yang ada di pelosok desa yang merupakan orang Yahudi. Setibanya di rumah sahabatnya itu, dia melihat permainan musik, ada yang bermain kecapi, ada yang menari dan sebagainya. Terlihat mereka semua bersuka cita.

Pada saat tamu mulai kehausan, tuan rumah rupanya menyuguhkan kopi dan masing-masing mendapatkan secangkir kopi, termasuk juga Abu Nawas.

Ketika Abu Nawas hendak meminum kopi itu, ia ditampar oleh si Yahudi.
Namun karena sudah terlanjur larut dalam kegembiraan, hal tersebut tak ia hiraukan dan diangkatnya lagi cangkirnya, tapi lagi-lagi ditampar.






Ternyata tamparan yang diterima Abu Nawas pada malam itu cukup banyak sampai acara selesai sekitar jam 2 dini hari. Di tengah jalan, baru terpikir oleh Abu Nawas tentang kejadian yang dialaminya itu.

"Jahat benar perangai Yahudi itu, main tampar seenaknya saja. Kelakuan seperti itu tak bisa dibiarkan berlangsung di Baghdad. Tapi apa dayaku hendak melarangnya?" pikirnya dalam hati.
"Ahaa... aku ada akal," guman Abu Nawas.

Lapor Baginda Raja

Keesokan harinya, Abu Nawas menghadap Raja Harun Ar-Rasyid di istana.

"Tuanku, ternyata di negeri ini ada suatu permainan yang belum pernah hamba kenal, sangat aneh sekali, "lapor Abu Nawas.
"Dimana tempatnya, "tanya Raja Harun yang penasaran.
"Di tepi hutan, Baginda, "kata Abu Nawas.

Kemudian Raja Harun mengajak Abu Nawas untuk melihatnya.

Akhirnya selepas shalat isyak, Abu Nawas dan raja pergi ke rumah Yahudi dengan mengenakan pakaian bisa ala rakyat jelata. Dan benar juga, sesampainya di sana, si Yahudi sedang menggelar nyanyian dan tarian, serta tamunya pun cukup banyak.

Abu Nawas dan Raja Harun diperilahkan masuk untuk bergabung. Si Yahudi tak mengenali kehadiran raja. Dia memaksa sang raja untuk menari. Namun sang raja menolaknya dengan halus. Dan saat itulah ada suara tamparan, dan tak menyangka sang raja ditampar pipinya oleh tuan rumah.





Raja baru sadar bahwa ia sedang dipermainkan oleh Abu Nawas. Namun karena sang raja sedang menyamar, ia tak bisa memiliki kemampuan untuk melawan orang sebanyak itu.

Diam-diam Abu Nawas meningghalkan tempat tersebut, meninggalkan rajanya sendirian, agar sang raja dapat mengetahui akan kelakuan rakyatnya sendiri.

Hukuman untuk Yahudi

Terpaksa raja pun menuruti ajakan tuan rumah untuk menari hingga tubuhnya yang tambun itu berpeluh. Pada saat itulah tuan rumah mulai menyuguhkan kopi. Ketika sang raja hendak menyeruput kopi di hadapannya, tiba-tiba saja pipinya ditampar oleh tuan rumah dan hal tersebut berulang saat hendak meminumnya lagi.

Sehingga raja tak sempat meminum kopi walaupun hanya seteguk saja.

Pada keesokan harinya, raja memanggil Abu Nawas untuk menghadap.
"Wahai Abu Nawas, baik sekali perbuatanmu tadi malam. Engkau membiarkanku dipermalukan seperti itu, "ujar raja.
"Ampun Baginda, hamba hanya ingin agar Baginda melihat langsung, "kata Abu Nawas.

Setelah meminta maaf, Abu Nawas menceritakan bahwa ia juga mengalami hal yang serupa sehari sebelumnya. Namun ketika di meleporkan, tak ada jaminan yang bakal membuat raja percaya begitu saja.

Kemudian raja memanggil si Yahudi, diinterogasi dan dijawab oleh Yahudi dengan entengnya.
"Jika saya mengetahui yang hadir adalah Tuanku, saya takkan mungkin melakukan hal itu, "ujar Yahudi.

Tentu saja hal itu tak bisa dibenarkan sama sekali dan membuat raja menjadi marah. Karena tak boleh seorangpun yang memiliki perangai buruk seperti itu. Dan sebagai balasannya, sang raja memasukkan si Yahudi ke penjara untuk beberapa waktu lamanya.
Diberdayakan oleh Blogger.