Selamat sore sahabat setia kisah Abu Nawas. Sore ini kita akan bercerita kembali tentang petualangan Abu Nawas yang cerdis di setiap keadaan yang terjepit sekalipun.

Kali ini temanya adalah Abu Nawas dengan berani menjual Raja Harun Ar-Rasyid kepada khalayak ramai. Berapakah harga yang pantas untuk ditawarkan kepada semua orang?

Dalam sebuah jamuan makan, Raja Harun Ar-Rasyid memberi tugas yang mengejutkan karena dia disuruh memberikan harga bagi sang Raja.

Raja Harun Ar-Rasyid (ilustrasi)

Alhasil, meskipun Raja Harun Ar-Rasyid kebakaran jenggot dan murka, namun Abu Nawas tetap saja mampu memenangkannya dan pulang dengan membawa hadiah yang berlimpah.

Bagaimana bisa? Kenapa Abu Nawas bisa berhasil, padahal Raja Harun sangat marah. Bagaimana kisahnya?

Berikut Kisahnya


Pada suatu malam yang temarang disinari rembulan, Raja Harun Ar-Rasyid ingin makan malam bersama Abu Nawas. Maka diutuslah pengawal untuk menjemput Abu Nawas di kediamannya. Tak lama kemudian, Abu Nawas yang berpakaian sederhana itu tiba di istana dengan pebuh keceriaan karena akan bersantap ria dengan rajanya.

Begitu mengetahui kedatangan Abu Nawas, raja nampak antusias sekali. Maka diajaklah Abunawas untuk berbincang di sebuah ruangan yang di dalamnya telah tersedia aneka makanan sebagai jamuan. Makanan-makanan yang tersaji terlihat cukup lezat nan lezat. Belum lagi ada minuman yang terlihat begitu segar.





Melihat makanan yang ada di depannya, Abu Nawas sudah tak sabar lagi ingin menyantap makanan-makanan tersebut karena dia memang dari rumah belum makan sama sekali.

Abu Nawas masih menunggu agar raja mempersilahkan. Begitu raja mempersilahkan, langsung saja Abu Nawas menyantap dengan lahap hidangan yang ada di depannya.

Sementara itu, raja sangat semangat sekali menceritakan tentang kerajaan dan kekuatannya. Namun Abu awas nampaknya tak terlalu fokus dengan apa yang dibicarakan oleh rajanya. Dia masih sibuk dan fokus untuk mengisi isi perutnya sambil memanjakan lidahnya karena peristiwa seperti ini jarang terjadi.

Harga Sang Raja


Selang beberapa lama, Raja Harun Ar-Rasyid masih saja antusias dengan apa yang dipikirkannya. Raja bercerita kepada Abu Nawas dengan luasnya wilayah yang telah dipimpinnya selama ini.

Tak lama kemudia, tiba-tiba saja sang raja bertanya kepada Abu Nawas.
"Wahai Abu Nawas, berpakah harga diriku ini?" tanya raja.






Abu Nawas yang sedang asyik makan, nampak tertegun sejenak. Namun dengan santainya dia pun menjawab pertanyaan itu.
"Hamba kira, mungkin saja sekitar 100 dinar, Paduka, "jawab Abu Nawas sekenanya.

"Terrlalu sekali engkau Abunawas, harga sabukku saja 100 dinar, "bentak raja.
"Tepat sekali, Paduka. Memang yang saya nilai dari diri Paduka hanya sebatas sabuk itu saja, "ujar Abu Nawas.

Sebenarnya raja cukup gusar juga dengan jawaban Abu Nawas itu. Namun malam itu beliau tidak ingin larut dala kecerdikan Abu Nawas. Raja berpikir bahwa beliau harus bisa memberikan pelajaran.

Raja sadar, bahwa beliau kesulitan memberikan pelajaran kepada Abu Nawas kalau temanya beradu kecerdasan. Maka muncul ide bagaimana kalau tentang ketangkasan.
Diberdayakan oleh Blogger.